Sistemkami menemukan 25 jawaban utk pertanyaan TTS menyembul sedilit dari permukaan kurang rata. Kami mengumpulkan soal dan jawaban dari TTS (Teka Teki Silang) populer yang biasa muncul di koran Kompas, Jawa Pos, koran Tempo, dll. Kami memiliki database lebih dari 122 ribu.
Hi guys, Selamat datang kembali di Bicara Indonesia. Kalian pernah nggak sih mengamati Bulan dari Bumi? Dari Bumi, Bulan tampak seperti bola mulus yang menyinari Bumi, permukaannya tampak halus. Tapi tahukah kamu bahwa sebenarnya permukaan Bulan itu tidak rata? Kira kira apa ya yang mebuatnya tidak rata? kalian pasti bertanya tanya kan? Nah, kalo gitu, simak selengkapnya di sini yuk!. Permukaan Bulan Bumi hanya memiliki satu satelit alami yaitu bulan. Bulan adalah benda angkasa yang berjarak paling dekat dari Bumi. Ia merupakan benda kedua yang paling terang di langit Bumi setelah Matahari, dan satu-satunya benda langit yang permukaannya dapat kita lihat dengan Mata telanjang. Dari Bumi, kita bisa mengamati Bulan dengan cukup jelas tanpa menggunakan teleskop atau alat bantu optik lainnya. Dari hasil pengamatan, dapat dilihat bahwa Bulan memiliki permukaan yang kecerahannya tidak sama di permukaannya, ada bagian yang terang dan ada yang gelap. Dan secara sekilas, permukaan bulan tampak datar/halus. Begitulah anggapan masyarakat di jaman dahulu. Pandangan tersebut baru berubah ketika Galileo menggunakan teleskopnya 400 tahun yang lalu untuk mengamati Bulan. Galileo mendapati bahwa permukaan Bulan tidaklah rata, melainkan berbukit dan terdapat banyak kawah. Dan tidak ratanya permukaan Bulan itu juga berhubungan dengan kecerahannya. Daerah yang berbukit-bukit dan penuh kawah akan tampak terang, sedangkan daerah yang tampak lebih gelap adalah permukaan yang memiliki sedikit kawah. Mereka pun kemudian memberikan nama permukaan yang terang dan penuh kawah dengan nama dataran tinggi, serta mare atau laut untuk bagian yang gelap dan sedikit kawah. Penamaan lautan ini, sebenarnya adalah sebuah kesalahan karena tidak ada laut di Bulan, dilakukan karena dataran gelap tersebut tampak seperti lautan. Terbentuknya Bulan Bulan sebagai benda langit terang kedua dilangit setelah Matahari merupakan satu-satunya satelit alami yang dimiliki oleh Bumi kita. Bulan tercipta sekitar 4,5 Miliar tahun yang lalu, akibat tabrakan hebat antara protoplanet seukuran planet Mars menabrak hebat planet Bumi kita. Hasil tabrakan tersebut menyebabkan sebagian mantel Bumi terlempar disekitar orbit Bumi, hingga kemudian menyatu secara perlahan dan membentuk benda langit baru yaitu Bulan yang saat ini dapat kita lihat dilangit malam. Penyebab Terciptanya Kawah Bulan Itu adalah asal mula terbentuknya Bulan, kalian pasti penasaran juga bagaimana kawah di permukaan Bulan itu bisa terbentuk kan? Kawah yang ada di permukaan Bulan terbentuk karena beberapa hal, nih, teman-teman. Tabrakan Asteroid Tumbukan atau tabrakan yang terjadi pada permukaan Bulan dengan benda ruang angkasa lain, seperti asteroid merupakan penyebab pertama terciptanya kawah dibulan. Jatuhnya Asteroid ke Bulan disebabkan oleh gaya gravitasi Bulan sendiri yang menarik benda benda langit lainnya Aktivitas Tektonik Lalu penyebab kedua adalah adanya peristiwa alam, seperti gempa tektonik. Gempa ektonik adalah proses yang menyebabkan permukaan planet kita membentuk batu-batuan baru, menyingkirkan dan menggeser batu-batuan tua selama jutaan tahun. Karena tektonik, permukaan Bumi didaur ulang berkali-kali sepanjang sejarahnya. Akibatnya, sangat sedikit batu di Bumi yang setua bebatuan di Bulan. Bulan tidak mengalami tektonik selama miliaran tahun, waktu yang sangat lama bagi kawah untuk tetap bertahan. Aktivitas Vulkanik Penyebab ketiga adalah vulkanisme. Arus vulkanik dapat menutupi kawah dampak benturan. Inilah cara utama kawah dampak benturan ditutupi, baik di Bumi maupun di tempat-tempat lain di Tata Surya kita. dulu Bulan pernah memiliki arus vulkanik yang besar yang menutupi banyak kawah dampak benturan awal di masa lalu, namun akivitas vulkanisme telah berhenti selama tiga miliar tahun terakhir. By the way, di Bumi juga terjadi aktivitas vulkanik dan tektonik di permukannya, tapi kenapa permukaan Bumi tidak berkawah seperti permukaan Bulan, ya? Padahal gaya gravitasi Bumi lebih besar, dan pasti lebih banyak benda langit yang tertarik oleh Bumi. Perbedaan Atmosfer Hal itu terjadi karena Bumi dan Bulan sama sama memiliki atmosfer, tapi ketebalan atmosfer Bumi dan Bulan berbeda guys. Bumi memiliki atmosfer yang lebih tebal dibandingkan dengan atmosfer Bulan yang sangat tipis dan renggang. Ketebalan atmosfer yang dimiliki oleh Bumi mampu menjaga Bumi dari tumbukan atau hantaman benda luar angkasa seperti asteroid. Karena sebelum mencapai permukaan Bumi, biasanya asteroid akan habis terbakar, terutama jika asteroid tersebut berukuran kecil. Berbeda dengan Bulan yang memiliki atmosfer sangat tipis. Atmosfernya tidak cukup untuk membakar benda langit yang jatuh ke permukaannya sehingga menghantam Bulan dengan cukup keras hingga membentuk kawah. Perbedaan Aktivitas Selain itu ada faktor lain yang menyebabkan permukaan Bulan dipenuhi kawah sedangkan Bumi tidak, yaitu perbedaan aktivitas pada keduanya. Planet dinamis adalah sebutan yang cocok untuk Bumi, karena di Bumi banyak terjadi aktivitas di permukaannya, seperti angin, gempa bumi tektonik, gunung meletus, atau aktivitas lautan terjadi. Aktivitas aktivitas inilah yang membuat permukaan Bumi tidak dipenuhi oleh kawah seperti yang terjadi pada permukaan Bulan. Sedangkan pada Bulan seperti yang tadi kita sudah sebutkan, Bulan tidak mengalami aktivitas tektonik maupun vulkanik, serta aktivitas alami lainnya seperti di Bumi. Contohnya saja adalah Bulan hampir tidak pernah mengalami erosi karena atmosfer yang menyelimuti bulan sangatlah tipis. Hal tersebut membuat Bulan tidak bisa menghilangkan tanda yang ada di permukaannya. Bahkan Langkah kaki berdebu para astronot yang pernah berjalan di Bulan masih ada sampai sekarang, dan mereka tidak akan menghilang dalam waktu dekat. Kawah Pertama Cekungan besar yang tercipta pertama kalinya di Bulan adalah di bagian Kutub selatan Aitken atau South Pole-Aitken dengan diameter km. Yang kemudian dalam kurun waktu 4,1 hingga 3,8 miliar tahun yang lalu, Bulan kembali di bombardir oleh asteroid raksasa dan menciptakan cekungan-cekungan besar lainnya seperti basin Imbrium, basin Serenitatis dan basin Crisium. Pembentukan cekungan-cekungan besar oleh Asteroid yang berlangsung ratusan juta tahun ini menyebabkan lava diatas cekungan tersebut perlahan mulai mendingin dalam kurun waktu 3,8 hingga 1 miliar tahun yang lalu dan menciptakan lautan di Bulan atau Mare yang memiliki permukaan landai. Dalam pembentukan kawah Bulan tak hanya Mare saja yang mendapat hujan asteroid, Terrae atau wilayah terang dengan jenis batuan anartosit juga mendapat hujan asteroid. Perkembangan bentuk permukaan Bulan tak sampai disitu saja. Sejak satu miliar tahun yang lalu hingga saat ini, pembentukan kawah kawah bulan yang disebabkan tabrakan asteroid kecil masih berlangsung. Kesimpulan Nah jadi itulah alasan mengapa permukaan Bulan tidak rata. Ternyata permukaan bulan ini dipenuhi dengan kawah kawah ya guys, semua kawah nya berawal dari tipisnya atmosfer Bulan. Cukup mudah dipahami bukan?. Oke, sampai disini dulu topik mengenai Bulan. Tunggu Bicara di kisah astronomi menarik lainnya ya teman teman. Sampai Jumpa! Sumber Mengapa Bulan Memiliki Banyak Kawah? – Informasi Astronomi Berbeda dengan Bumi, Permukaan Bulan Dipenuhi Kawah Berbagai Ukuran – Bobo Indonesia Apa yang menyebabkan permukaan bulan tidak rata – Brainly atmosfer di bulanbulankawah di bulanpermukaan bulantabrakan aseroidterbentuknya bulan
Siapkansekam padi, serabut kelapa atau koran, sapu lidi, korek api dan sedikit minyak tanah. Pilih lokasi pembakaran yang jauh dari perumahan atau jalan raya, karena sistem pembakaran sekam akan menimbulkan asap tebal. Berdirilah cerobong asap pada permukaan tanah yang rata dan berikan penyangga di sekitar cerobong agar berdiri tegak danKawasan hutan wisata mangrove Tongke-tongke di Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan mengalami perubahan cukup pesat dalam beberapa tahun terakhir, semakin terawat dan memesona. Keberadaan hutan mangrove Tongke-tongke telah menjaga desa dari bencana banjir bandang dan gelombang besar akibat gempa. Terdapat sejumlah flora dan fauna di sekitar kawasan mangrove, yang beberapa di antaranya bernilai ekonomis bagi warga sekitar. Upaya rehabilitasi terus dilakukan pemerintah yang didukung warga menambah kepadatan pohon mangrove di wilayan tersebut. Kawasan hutan mangrove Tongke-tongke di Desa Tongke-tongke, Kecamatan Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai, adalah salah satu destinasi wisata penting di Sulawesi Selatan. Salah satu kawasan yang ditetapkan sebagai desa wisata oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno beberapa waktu lalu. Hanya berjarak sekitar 5 km dari pusat kota Sinjai membuat kawasan wisata seluas 173,5 hektar ini ramai dikunjungi warga, khususnya di hari libur. Boleh dikata hutan mangrove Tongke-tongke kini semakin rimbun dan tertata dengan baik, semakin memesona. Jalanan tracking yang kokoh semakin bertambah, beberapa bangunan bungalo terbangun, termasuk sebuah menara pantau setinggi sekitar 10 meter. Memasuki kawasan terdapat pos pelayanan tiket, dimana harga masuk tiket sebesar Rp10 ribu untuk dewasa dan Rp5 ribu untuk anak-anak. Dalam kunjungan terakhir ke kawasan wisata ini, Minggu 11/7/2021, saya bertemu dengan Besse 55, pengelola salah satu warung terapung di kawasan ini. ia telah berjualan di tempat itu sejak dibuka secara resmi beberapa tahun silam. Warung dipisahkan oleh sebuah jembatan kecil dengan tracking utama. Menurut Besse, Tongke-tongke dalam beberapa tahun terakhir memang mengalami banyak pembangunan. Selain pembangunan tracking dan bungalo, pemerintah bersama warga juga terus menanami mangrove hingga lebih keluar kawasan. Di beberapa tempat memang terlihat tanaman mangrove yang masih kecil-kecil, menyembul ke permukaan laut. baca Dedikasi Tiada Henti Taiyeb untuk Mangrove Tongke-tongke Sinjai Pembangunan tracking menjorok ke arah laut dengan 8 bungalo dan sebuah menara pantau. Foto Wahyu Chandra/Mongabay-Indonesia. Tidak hanya melakukan pembangunan dan penambahan lokasi tanam, pemerintah juga semakin tegas menjaga kawasan itu dari pengrusakan, baik untuk kepentingan penimbunan dan membangun rumah ataupun untuk memperoleh bahan baku kayu untuk bangunan dan bahan bakar. “Dulu ada yang mencoba membabat pohon di bagian luar karena diklaim sebagai milik pribadi, namun ditangkap polisi,” katanya. Kawasan mangrove ini memang sempat menjadi masalah karena banyaknya klaim kepemilikan warga. Besse mengakui memiliki beberapa hektar lahan yang turut ditanami mangrove di daerah tersebut. Menurut Besse, di masa lalu sudah menjadi kelaziman jika warga menebang pohon mangrove yang besar-besar untuk kepentingan membangun rumah karena kayunya kokoh dan tahan lama. Namun aktivitas penebangan ini semakin jarang dilakukan karena ketatnya aturan. “Masih ada yang menebang untuk ambil kayu di tanah milik sendiri, namun biasanya ambil di bagian tengah saja.” Menurut Besse, larangan untuk menebang mangrove ini sebenarnya sudah tepat karena fungsi mangrove ini bisa menjaga kampung dari gempa dan banjir bandang. Ketika terjadi banjir bandang di Kabupaten Sinjai pada tahun 2016 yang menelan korban sekitar 100 jiwa, daerah sekitar Tongke-tongke relatif aman dan terlindungi. “Pernah juga gempa beberapa kali, air sempat naik namun kampung terjaga karena adanya mangrove, makanya kami tidak masalah jika kawasan ini dipertahankan. Malah banyak warga ikut terlibat menanam mangrove memperluas tempat ini,” katanya. Dengan manfaat yang telah dirasakan ini sebagian warga pun merelakan lahannya untuk tetap ditumbuhi mangrove dan bahkan turut menjaganya. baca juga Menitip Asa di Hutan Mangrove Tongke-Tongke Hutan mangroe di Desa Tongke-tongke, kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. Selain berfungsi ekologis, hutan mangrove Tongke-tonke jadi obyek wisata unggulan di Sinjai. Foto Suriani Mappong/Mongabay Indonesia Keberadaan mangrove juga penting untuk mata pencaharian warga, khususnya nelayan ikan dan kepiting. Nelayan kepiting biasanya memasang bubu di sore hari dan diambil hasilnya keesokan harinya. Hasil tangkapan tergantung jumlah bubu yang dipasang. Itu juga tergantung musimnya. Besse sendiri memiliki sekitar 6 bubu yang dipasang di beberapa lokasi. Hasilnya tak banyak, namun cukup untuk penghasilan tambahan. “Kalau sekarang sudah jarang yang menangkap kepiting karena hasilnya tidak terlalu banyak dibanding melaut mencari ikan tongkol, namun lumayan sebagai tambahan penghasilan.” Menurut Besse, hasil tangkapan kepiting biasanya lebih banyak digunakan untuk konsumsi pengunjung, itupun terkadang tidak mencukupi. Di warung yang dikelolanya ia melayani pemesanan pengunjung minimal 10 orang dengan tarif Rp800 ribu per paket atau Rp1,5 juta untuk paket 20 orang. Mangrove di Tongke-tongke merupakan perpaduan antara mangrove alami dan hasil rehabilitasi. Rehabilitasi hutan mangrove di Desa Tongke-tongke telah dilakukan sejak tahun 1986 oleh masyarakat desa secara swadaya. Upaya penghijauan kembali wilayah pesisir ini dilakukan oleh Kelompok Pencinta Sumber Daya Alam – Aku Cinta Indonesia KPSDA-ACI. Sebuah kajian yang dilakukan Universitas Hasanuddin menemukan bahwa terdapat tiga jenis mangrove yang ditanam warga sebagai program rehabilitasi, yaitu Ryzhopora mucnorata, Avicenia sp dan Nypa fructicans. Selain itu terdapat sejumlah fauna yang berasosiasi dengan lingkungan mangrove seperti serangga, ular pohon, kelelawar, burung bangau, burung belibis. Ada pula beragam fauna lautan seperti tiram, beragam jenis ikan, kepiting bakau dan udang. Dalam hal ini terdapat 27 spesies ikan dan 4 spesies udang dan sedikitnya 8 spesies gastropoda, ada juga 8 spesies bivalvia yang hidup menetap di kawasan mangrove. baca juga Ekowisata Mangrove Tongke-tongke Sinjai Ditutup Sementara, Pelancong Kecewa [Bagian 1] Terdapat tiga spesies mangrove di Tongke-tongke yaitu Ryzhopora mucnorata, Avicenia sp dan Nypa fructicans. Sebagian besar mangrove rehabilitasi adalah mangrove Ryzhopora mucnorata. Foto Wahyu Chandra/Mongabay-Indonesia. Terlalu rapat Menurut Yusran Nurdin Massa, peneliti dari Blue Forest, mangrove di Tongke-tongke didominasi oleh mangrove alami berupa jenis Avicenia sp, sementara untuk rehabilitasi sebagian besar ditanami jenis Rizhopora. Meski pohonnya tinggi menjulang namun batang pohon kurus-kurus. Sebabnya, jarak taman terlalu rapat, paling jauh 1 meter, padahal idealnya antara 1,5-2 meter. “Memang ketika pertama kali ditanam, yang digagas Pak Tayyeb, kepentingannya untuk menjaga abrasi dan kencangnya angin masuk kampung sehingga kemudian ditanam rapat-rapat,” katanya. Meski demikian, lanjut Yusran, kondisi tersebut baiknya tetap dipertahankan karena masih relevan dengan tujuan pembangunan kawasan mangrove itu sendiri. “Kalau untuk kepentingan pariwisata dan pembelajaran rehabilitasi, maka dibiarkan seperti itu, tak jadi masalah. Jangan sampai kalau diintervensi justru akan kontraproduktif terhadap inisiatif awal untuk menjadi pembelajaran rehabilitasi. Kan kekuatannya Pak Tayyeb di situ sehingga kemudian memperoleh penghargaan Kalpataru.” Yusran juga mengkhawatirkan jika penjarangan dilakukan akan menjadi legitimasi penebangan mangrove-mangrove lain di sekitar. “Makanya kami bepikir seperti saja itu, tak usah diapa-apakan, sekaligus menjaga semangat dan penghargaan bagi upaya masyarakat.” baca juga Ekonomi Lesu Akibat COVID-19, Pedagang di Ekowisata Mangrove Tongke-tongke Sinjai Tunggu Kepastian Bagian 2 Pengunjung tengah menyusuri kawasan hutan mangrove, Desa Tongke-tongke, Kecamatan Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai, Sulsel, dengan menggunakan perahu bermesin. Foto Rahmi Djafar/Mongabay Indonesia Terkait upaya perluasan wilayah tanam yang dilakukan pemerintah dan masyarakat, menurut Yusran, secara ekologi hal tersebut perlu dipertimbangkan kembali, karena daerah tanam tersebut adalah kawasan mudflat atau hamparan dataran lumpur yang memiliki ekosistem tersendiri. “Biasanya mudflat itu adalah ekosistem sendiri dimana burung-burung, khususnya bangau mencari makan di situ, di depan kawasan mangrove. Artinya kalau itu ditanami dan kawasannya di bawah muka air laut rata-rata, yang masih terendamnya lebih lama daripada keringnya, akan mengganggu ekosistem tersebut.” Menurutnya, penanaman di wilayah mudflat biasanya dilakukan karena keterbatasan wilayah tanam sementara semangat untuk melakukan rehabilitasi sangat tinggi. “Akhirnya peluang untuk melakukan rehabilitasi dilakukan di bagian luar yang merupakan kawasan common property yang tak ada konflik. Makanya hampir semua rehabilitasi di bagian luar, yang sebenarnya bukan kawasan mangrove tapi ditanami mangrove.” Di beberapa daerah penanaman di kawasan ini kadang menjadi modus untuk okupasi lahan, dimana mangrove ditanam untuk menangkap sedimen, ketika mangrove-nya tumbuh lahannya akan dikonversi sedikit-sedikit. Konversi lahan di kawasan pesisir memang masih banyak ditemui di sejumlah daerah di Indonesia, meski kadang wilayah tersebut masuk dalam kawasan hutan dan sempadan pantai, yang melanggar Perpres 2016 tentang sempadan pantai. Artikel yang diterbitkan oleh Bernafasdalam gaya punggung juga tidak sulit karena kepala dan tubuh kita menghadap dengan bebas ke arah langit. Adapun dalam gaya bebas, kepala kita tidak boleh sepenuhnya menyembul dari permukaan air. Inilah yang menjadikan bernafas dalam gaya bebas terasa lebih sulit. Namun jika sudah biasa, tidak akan ada lagi hal yang sulit.
SelamatSore,Siang,Pagi,ataupun Malam Agan-Agan sekalian. Semoga Agan2 semua dalam keadaan sehat wal afiat Amiin. Semoga TRIT ini Nggak :repost ,Kalo Repost mohon maaf :sorry 10 Fakta Mencurigakan NASA Memalsukannya Pendaratan di BULAN Pada 20 Juli 1969, Neil Armstrong menginjakkan kaki untuk pertama kali di bulan menggenapi impian Kennedy. Namun pada tahun 1974, seseorang bernama Bill Kaysing men
dxpSP. 190 130 411 349 206 192 463 147 287