Beritadan foto terbaru Puisi Sutan Takdir Alisjahbana - Puisi Dalam Gelombang Sutan Takdir Alisjahbana
Tim indoSastra Pencari Karya Sastra yang Bermutu Tinggi Sastra Angkatan Pujangga Baru, bentuk Puisi Karya Sutan Takdir Alisjahbana Ini adalah salah satu puisi yang diciptakan dengan rangkaian makna indah oleh STA, tentang keyakinan masa depan dan keagungan Tuhan, kata mengalir pasti dengan pola yang terencana apik Dari buku Tebaran Mega Waktu penulisan 26 April 1935 — Aku berdiri di tepi makam Suria pagi menyinari tanah, merah muda terpandang di mata Jiwaku mesra tunduk ke bawah Dalam hasrat bertemu muka, Melimpah mengalir kandungan rasa Dalam kami berhadap-hadapan menembus tanah yang tebal Kuangkat muka melihat sekitar Kuburan berjajar beratus-ratus, Tanah memerah, rumput merimbun, Pualam berjanji, kayu berlumut Sebagai kilat nyinar di kalbu Sebanyak it curahan duka, Sesering itu pilu menyayat, Air mata cucur ke bumi Wahai adik, berbaju putih Dalam tanah bukan sendiri! Dan meniaraplah jiwaku papa Di kaki Chalik yang esa Di depanMu dukaku duka dunia, Sedih kalbukuku sedih semesta Beta hanya duli di udara Hanyut mengikut dalam pawana Sejuk embun turun ke jiwa Dan di mata menerang sinar Originally posted 2012-10-20 201958. Republished by Blog Post Promoter
JualBuku "Ekonomi Enak Dibaca dan Perlu" karya Sjahrir - Harga: 35.000. Judul: Ekonomi Enak Dibaca dan Perlu Karya: Sjahrir Penerbit: PT Pustaka Utama Grafiti, 1994 Harga: 35.000 Disertai komentar dan analisis yang tajam, kumpulan tulisan Sjahrir yang berasal dari kolom majalah Tempo ini merefleksikan pelbagai peristaiwa ekonomi politik
Pembaca Puisi Aku dan Tuhanku AKU DAN TUHANKU Karya Sutan Takdir Alisyahbana Tuhan, Kau lahirkan aku tak pernah kuminta Dan aku tahu, sebelum aku Kau ciptakan Berjuta tahun, tak berhingga lamanya Engkau terus menerus mencipta berbagai ragam Tuhan, pantaskah Engkau memberikan hidup sesingkat ini Dari berjuta-juta tahun kemahakayaan-Mu Setetes air dalam samudra tak bertepi Alangkah kikirnya Engkau, dengan kemahakayaan-Mu Dan Tuhanku, dalam hatikulah Engkau perkasa bersemayam Bersyukur sepenuhnya akan kekayaan kemungkinan Terus menerus limpah ruah Engkau curahkan Meski kuinsyaf, kekecilan dekat dan kedaifanku Di bawah kemahakuasaan-Mu, dalam kemahaluasan kerajaan-Mu Dengan tenaga imajinasi Engkau limpahkan Aku dapat mengikuti dan meniru permainan-Mu Girang berkhayal dan mencipta berbagai ragam Terpesona sendiri menikmati keindahan ciptaanku Aahh, Tuhan Dalam kepenuhan terliput kecerahan sinar cahaya-Mu Menyerah kepada kebesaran dan kemuliaan kasih-mu Aku, akan memakai kesanggupan dan kemungkinan Sebanyak dan seluas itu Kau limpahkan kepadaku Jauh mengatasi mahluk lain Kau cipatakan Sebagai khalifah yang penuh menerima sinar cahaya-Mu Dalam kemahaluasan kerajaan-Mu Tak adalah pilihan, dari bersyukur dan bahagia, bekerja dan mencipta Dengan kecerahan kesadaran dan kepenuhan jiwa Tidak tanggung tidak alang kepalang Ya Allah Ya Rabbi Sekelumit hidup yang Engkau hadiahkan dalam kebesaran dan kedalaman kasih-Mu, tiada berwatas akan kukembangkan, semarak, semekar-mekarnya sampai saat terakhir nafasku Kau relakan Ketika Engkau memanggilku kembali kehadirat-Mu Ke dalam kegaiban rahasia keabadian-Mu Dimana aku menyerah tulus sepenuh hati Kepada keagungan kekudusan-Mu, Cahaya segala cahaya Sutan Takdir Alisyahbana Toya Bongkah 24 April 198 ===================================================
SutanTakdir Alisjahbana, atau yang lebih familier disebut dengan singkatan STA, adalah termasuk sastrawan angkatan Pujangga Baru. STA adalah sastrawan yang lahir di Natal, Sumatera Utara, pada 11 Februari 1908.
Tim indoSastra Pencari Karya Sastra yang Bermutu Tinggi Sastra Angkatan Pujangga Baru, bentuk Puisi Karya Sutan Takdir Alisjahbana Ini adalah salah satu puisi yang diciptakan dengan rangkaian makna indah oleh STA, tentang keyakinan masa depan, kata mengalir pasti dengan pola yang terencana apik Dari buku Tebaran Mega Waktu penulisan 24 April 1935 — Aku meninjau kembang sepatu, Larat berkembang di seberang jalan. Bersorai-sorai kesuma memerah, Dalam girang silau kemilau. Daun kering gugur ke bawah, Bunga kerisut menutup kuncup. Siapakah yang melihat, Siapakah yang teringat? Sebab alam ialah hidup Bertempik sorak muda remaja, Berseri bersinar tunas baru, Sedihlah menyepi selara yang jatuh Originally posted 2012-10-20 202552. Republished by Blog Post Promoter
NovelLayar Terkembang dan roman Dian Tak Kunjung Padam, karya Sutan Takdir Alisjahbana; Roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, karya Hamka; Novel Belenggu, karya Armin Pane; Drama Ken Arok dan Ken Dedes, karya M. Yamin; Kumpulan puisi Setanggi Timur dan Nyanyi Sunyi, karya Amir Hamzah; Bebasari, karya Rustam Effendi; Manusia Baru, karya
QACL6. 373 66 232 209 82 281 219 489 68
puisi aku dan tuhanku karya sutan takdir alisjahbana